Pak Bejo (PB) : Gak mungkin pak Guru, wong anakku pinter kok.
PG : Buktinya hasil ulangan sejarah ini pak
PB : Coba pak Guru buktikan.
PG : ini hasil ulangan Budi dan Rudi, anak yang disebelahnya. Coba Bapak perhatikan. Pertanyaan pertama, siapa nama Presiden RI pertama? Si Rudi menjawab Bung Karno, anak Bapak juga Bung Karno.
PB : Semua orang juga tau kalo presiden pertama kita itu bung karno. Jadi gak mungkin dong hanya karena jawaban yang sama, terus anak saya nyontek.
PG : Oke… kita lanjutkan pak Bejo. Pertanyaan kedua, kapan indonesia merdeka? Si Rudi jawab 17 Agustus 1945 dan anak Bapak juga menjawab sama. Ini Pasti karena Budi nyontek Rudi pak, saya yakin itu
PB :Wah Pak Guru ini gak objektif ia , wong kenyataannya emang begitu kok anak saya dituduh nyontek! Saya gak terima !
PG : Sabar Pak Bejo, mari kita cek lagi pada pertanyaan ketiga, kapan terjadinya Perang Paderi Coba bapak perhatikan jawaban mereka berdua. Si Rudi Jawab, “Mana Gue Tau?”.. Dan anak Bapak Jawabannya “Apalagi Gua?”
PB : ????????
PG : Buktinya hasil ulangan sejarah ini pak
PB : Coba pak Guru buktikan.
PG : ini hasil ulangan Budi dan Rudi, anak yang disebelahnya. Coba Bapak perhatikan. Pertanyaan pertama, siapa nama Presiden RI pertama? Si Rudi menjawab Bung Karno, anak Bapak juga Bung Karno.
PB : Semua orang juga tau kalo presiden pertama kita itu bung karno. Jadi gak mungkin dong hanya karena jawaban yang sama, terus anak saya nyontek.
PG : Oke… kita lanjutkan pak Bejo. Pertanyaan kedua, kapan indonesia merdeka? Si Rudi jawab 17 Agustus 1945 dan anak Bapak juga menjawab sama. Ini Pasti karena Budi nyontek Rudi pak, saya yakin itu
PB :Wah Pak Guru ini gak objektif ia , wong kenyataannya emang begitu kok anak saya dituduh nyontek! Saya gak terima !
PG : Sabar Pak Bejo, mari kita cek lagi pada pertanyaan ketiga, kapan terjadinya Perang Paderi Coba bapak perhatikan jawaban mereka berdua. Si Rudi Jawab, “Mana Gue Tau?”.. Dan anak Bapak Jawabannya “Apalagi Gua?”
PB : ????????
Suatu hari jauh sebelum
Suharto terpuruk dari kekuasaannya, dia lagi
mengumpulkan anak-anaknya untuk bagi-bagi lahan usaha di republik ini
Suharto : Mumpung bapak masih berkuasa, hari ini bapak akan membagi
-bagi kesempatan bisnis bagi kalian semua, nah tutut, kamu mau apa ?
Tutut : Saya minta semua project jalan tol se Indonesia harus menjadi milik saya
Suharto : boleh, bapak akan buat kepresnya, sekarang kamu sigit, minta
bisnis apa ?
Sigit : Saya minta perjudian di indonesia dibebaskan dan hanya saya yang
boleh mendirikan kasino dan tempat perjudian lain.
Suharto : Boleh, kepresnya besok terbit. sekarang kamu Bambang, minta apa ?
Bambang : saya minta semua bisnis pertambangan di indonesia harus ada
di tangan saya.
Suharto : Gampang, kepresnya besok akan jadi juga, Tommy, kamu minta apa ?
Tommy : saya minta semua bisnis otomotif harus ada dibawah bendera
perusahaan saya.
Suharto : Boleh, besok kepresnya akan dibuat dan diumumkan. Pada saat itu, ada ajudan presiden yang mengawal Suharto ikut mendengarkan pembicaraan keluarga tersebut, maka sebagai tanda simpati Suharto juga menawari sang ajudan untuk meminta lahan bisnis
Suharto : Ajudan, kamu mendengar semua pembicaraan tadi khan ?
nah sebagai tanda simpati saya, maka kamu saya tawari juga, bisnis apa
yang kamu minta ?
Ajudan : saya, eee saya eeee, MALU pak ( jawab sang ajudan sambil malu-malu )
Suharto : Wah jangan minta itu, kalau MALU saya nggak punya...
mengumpulkan anak-anaknya untuk bagi-bagi lahan usaha di republik ini
Suharto : Mumpung bapak masih berkuasa, hari ini bapak akan membagi
-bagi kesempatan bisnis bagi kalian semua, nah tutut, kamu mau apa ?
Tutut : Saya minta semua project jalan tol se Indonesia harus menjadi milik saya
Suharto : boleh, bapak akan buat kepresnya, sekarang kamu sigit, minta
bisnis apa ?
Sigit : Saya minta perjudian di indonesia dibebaskan dan hanya saya yang
boleh mendirikan kasino dan tempat perjudian lain.
Suharto : Boleh, kepresnya besok terbit. sekarang kamu Bambang, minta apa ?
Bambang : saya minta semua bisnis pertambangan di indonesia harus ada
di tangan saya.
Suharto : Gampang, kepresnya besok akan jadi juga, Tommy, kamu minta apa ?
Tommy : saya minta semua bisnis otomotif harus ada dibawah bendera
perusahaan saya.
Suharto : Boleh, besok kepresnya akan dibuat dan diumumkan. Pada saat itu, ada ajudan presiden yang mengawal Suharto ikut mendengarkan pembicaraan keluarga tersebut, maka sebagai tanda simpati Suharto juga menawari sang ajudan untuk meminta lahan bisnis
Suharto : Ajudan, kamu mendengar semua pembicaraan tadi khan ?
nah sebagai tanda simpati saya, maka kamu saya tawari juga, bisnis apa
yang kamu minta ?
Ajudan : saya, eee saya eeee, MALU pak ( jawab sang ajudan sambil malu-malu )
Suharto : Wah jangan minta itu, kalau MALU saya nggak punya...
Perdana Menteri Jepang, Abe,
berkunjung ke Indonesia. Di pelabuhan udara, Presiden Suharto menyambutnya
gembira, kemudian duduk bersama di dalam mobil kehormatan. Selama di
perjalanan, dengan bangga Suharto menunjuk kepada ribuan orang yang berdiri di
pinggir jalan, yang telah dipersiapkan sebelumnya, sambil mengibar-ngibarkan
bendera Jepang dan Indonesia. Tapi Shintaro Abe mengerutkan keningnya.
"Banyak sekali pengangguran di negara Anda," kata Abe, "Di negara kami
tak seorang pun mau membuang-buang waktunya seperti itu. Mereka bekerja, dan tak punya waktu berdiri di pinggir jalan."
Mendongkol hati Suharto mendengarkannya. Begitu Abe pulang,ia menyusun rencana untuk berkunjung ke Jepang, ingin membuktikan apakah benar tak ada pengangguran di Jepang. Beberapa hari kemudian, Suharto dan rombongan tiba di Jepang. Shintaro Abe menyambutnya di pelabuhan udara dan bersama-sama menuju istana negara. Di sepanjang jalan, tak seorangpun yang berdiri di pinggir jalan menyambut mereka.
"Anda lihat," celetuk Abe, "Tak ada yang menganggur." Keesokan harinya,
Suharto bersama ajudannya mengelilingi kota Tokyo. Tak seorang pun
penganggur yang mereka temui. Setelah beberapa hari mencari dengan sia-sia, akhirnya mereka bermaksud pulang kembali ke Indonesia. Dengan ditemani Abe mereka menuju pelabuhan udara. Tiba-tiba, tampak seorang lelaki duduk termenung di pinggir jalan.
"Itu dia!" teriak Suharto, "Kita berhasil menemukannya seorang!" Dia
menyuruh ajudannya menghampiri orang tersebut. Tak lama kemudian
ajudannya kembali sambil berlari-lari. "Bukan, bukan!" teriaknya, "Dia duta besar kita untuk Jepang!"
"Banyak sekali pengangguran di negara Anda," kata Abe, "Di negara kami
tak seorang pun mau membuang-buang waktunya seperti itu. Mereka bekerja, dan tak punya waktu berdiri di pinggir jalan."
Mendongkol hati Suharto mendengarkannya. Begitu Abe pulang,ia menyusun rencana untuk berkunjung ke Jepang, ingin membuktikan apakah benar tak ada pengangguran di Jepang. Beberapa hari kemudian, Suharto dan rombongan tiba di Jepang. Shintaro Abe menyambutnya di pelabuhan udara dan bersama-sama menuju istana negara. Di sepanjang jalan, tak seorangpun yang berdiri di pinggir jalan menyambut mereka.
"Anda lihat," celetuk Abe, "Tak ada yang menganggur." Keesokan harinya,
Suharto bersama ajudannya mengelilingi kota Tokyo. Tak seorang pun
penganggur yang mereka temui. Setelah beberapa hari mencari dengan sia-sia, akhirnya mereka bermaksud pulang kembali ke Indonesia. Dengan ditemani Abe mereka menuju pelabuhan udara. Tiba-tiba, tampak seorang lelaki duduk termenung di pinggir jalan.
"Itu dia!" teriak Suharto, "Kita berhasil menemukannya seorang!" Dia
menyuruh ajudannya menghampiri orang tersebut. Tak lama kemudian
ajudannya kembali sambil berlari-lari. "Bukan, bukan!" teriaknya, "Dia duta besar kita untuk Jepang!"
Suatu hari dirumahnya, Pak
Harto menyuruh dokter pribadinya datang untuk memeriksa kesehatannya:
Pak Harto: "Dok, saya mengalami hal yang aneh akhir² ini..."
Dokter: "Mengenai apa pak? Dada Bapak sakit?"
Pak Harto: "Bukan, bukan itu, tapi akhir² ini setiap saya mau kencing & membuka pintu kamar mandi, lampunya langsung nyala sendiri?"
Dokter: (sambil memeriksa dengan kebingungan...?),
"Wah Bapak sebaiknya sekarang istirahat saja dulu dan ini saya beri beberapa obat untuk menenangkan pikiran Bapak."
Setelah keluar dari kamar Pak Harto, si dokter bertemu dengan Mbak Mamik.
Dokter: "Mbak Mamik, apakah dikamar Bapak telah dipasang detektor atau peralatan monitor baru tercanggih?"
Mamik: "Nggak Dok, emangnya kenapa Dok?"
Dokter: "Pak Harto tadi mengeluh, setiap membuka pintu kamar mandi untuk kencing lampu langsung nyala sendiri?"
Tiba² Mbak Mamik berteriak memanggil Mbak Tutut kakaknya:
"Mbak Tuuutuuut...! Bapak kencing di kulkas lagi!!!"
Pak Harto: "Dok, saya mengalami hal yang aneh akhir² ini..."
Dokter: "Mengenai apa pak? Dada Bapak sakit?"
Pak Harto: "Bukan, bukan itu, tapi akhir² ini setiap saya mau kencing & membuka pintu kamar mandi, lampunya langsung nyala sendiri?"
Dokter: (sambil memeriksa dengan kebingungan...?),
"Wah Bapak sebaiknya sekarang istirahat saja dulu dan ini saya beri beberapa obat untuk menenangkan pikiran Bapak."
Setelah keluar dari kamar Pak Harto, si dokter bertemu dengan Mbak Mamik.
Dokter: "Mbak Mamik, apakah dikamar Bapak telah dipasang detektor atau peralatan monitor baru tercanggih?"
Mamik: "Nggak Dok, emangnya kenapa Dok?"
Dokter: "Pak Harto tadi mengeluh, setiap membuka pintu kamar mandi untuk kencing lampu langsung nyala sendiri?"
Tiba² Mbak Mamik berteriak memanggil Mbak Tutut kakaknya:
"Mbak Tuuutuuut...! Bapak kencing di kulkas lagi!!!"
Seorang anggota ABRI
berpangkat kopral berpakaian preman tengah berjalan sendirian di jalan yang
gelap dan sepi oleh dua pria berpistol.
“Saya tidak main-main,” kata salah satu pria sambil mengancam.
“Serahkan uangmu, atau otakmu kubuat berhamburan.”
“Silakan tembak dan buat otak saya berhamburan,” sambut si kopral. “Sebagai anggota ABRI saya tak memerlukan otak; saya lebih butuh uang untuk hidup.”
“Saya tidak main-main,” kata salah satu pria sambil mengancam.
“Serahkan uangmu, atau otakmu kubuat berhamburan.”
“Silakan tembak dan buat otak saya berhamburan,” sambut si kopral. “Sebagai anggota ABRI saya tak memerlukan otak; saya lebih butuh uang untuk hidup.”
Alkisah,Presiden Suharto pernah berkunjung ke sebuah masjid. Ia melihat seorang wanita yang dengan serius berdoa,"apakah saya dapat melihat anak perempuan saya menikah ??"
dan muncullah suara dari surga, yang berbunyi "karena amal salehmu selama di dunia,kamu akan melihatnya!". Prs.Suharto terkagum-kagum,ia kemudian melihat orang kedua berdoa dengan kushuk.
"Ya aLLah,apakah saya dapat melihat anak laki-laki saya menjadi sarjana?"
muncullah lagi suara dari surga yang berbunyi,"karena amal salehmu di dunia,kamu akan melihatnya!".
Melihat itu,berdoalah pula prs.Suharto.
"Ya Allah,apakah saya dapat hidup lebih lama lagi,dan melihat anak2 saya bahagia ?".
Suara dari surga muncul lagi,tapi kali ini berbunyi
"TIDAK !! SELAMA SAYA MASIH ADA !!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar