Sesampainya di pasar senja, aku pun membeli pesanan ibu kosku. Hari yang suntuk bila mengetahui ternyata pasarnya penuh dengan orang. "Ada apa gerangan ?" Ternyata ada konser artis ibukota yang diselenggarakan di lapangan dekat pasar senja. "Nyesal aku datang kesini." Setelah berdesak-desakan cukup lama aku pun berhasil sampai ke toko terakhir. "Hai, mau beli apa ya, mas?" Aku terkejut ketika mengetahui yang menjaga toko ialah Reina, mahasiswi yang membuatku tergila-gila padanya semenjak semester satu.
"Hai, Re. Ternyata kamu bekerja disini." "Lama tidak bertemu, mas Deni. Mau beli apa ya mas ?" Aku pun membeli barang yang disampaikan ibu kos. "Sampai ketemu di kampus besok." Aku pun keluar dan hatiku terlihat bahagia sekali. Ya, sangat. Mulai saat itu, aku sering mampir di tokonya itu. Kita sering mengobrol dan bercanda disana. Sampai suatu hari, ketika aku menembaknya dan dia menerimanya. Hatiku sangat bahagia sekali.
Hari demi hari kujalani dengannya tanpa masalah sampai hari itu dimana aku sendiri sudah bosan menjalin hubungan dengannya. Aku berencana memutuskannya. Malam itu, di taman dekat kosku, aku hendak berkata kepadanya bahwa aku sudah bosan tetapi aku takut untuk melukai perasaannya. "Say, hubungan kita sampai disini aja ya." Dia diam saja dan dia sepertinya mulai menangis. "Mungkin ini yang terbaik bagi aku dan kamu." Aku meninggalkannya begitu saja. Kejamkah aku ? Yang penting sekarang aku sudah terbebas darinya.
Kujalan dengan santai ke kampus dan kulihat sebentar ketempat biasa Reina dan teman-temannya nongkrong. Tidak ada orang selain Tika, teman Reina. Dia menghampiriku sambil menyodorkan sebuah kertas. Reina menyuruhku untuk memberikan ini. Isi surat itu membuatku terperanjat, isinya
Hai, mas Deni tersayang. Ingatkah ketika pertama kali kau bertemuku saat semester satu. Kamu lucu dan aku menyukaimu. Dan akhirnya kamu menembakku di toko. Aku menerimanya dan duniaku seakan melayang. Kini kau tidak mencintaiku lagi. Ketika kamu membaca surat ini, aku sudah tidak ada di dunia ini. Bukankah hidupmu lebih indah bila aku tidak ada. Tenang saja, aku tidak menyalahkanmu. Aku minta maaf bila aku hanya menjadi beban bagimu. Kini aku telah berhasil membuatmu senang. Maaf untuk sekali lagi, aku mencintaimu.Kakiku terasa mati, aku tidak bisa berdiri sama sekali. Aku menyesali kesalahanku dan dengan sendirinya, aku menangis. Besok adalah pemakamannya dan aku tidak bisa menghadirinya. Rasa bersalah ini semakin mencekam. Aku semakin takut. "Tuhan, aku menyesal!" Teriakku di kamar kosku. Menangis tidak akan membuatnya hidup kembali.
Kini aku sudah terbiasa dengan kepergiannya, meski rasa bersalah ini masih menghantuiku. Aku berusaha sungguh di kampus. 10 tahun kemudian, kini aku sudah berusia 30 tahun dan menjadi seorang pengusaha muda. Ayahku baru saja meninggal sehingga aku mengambil alih perusahannya. Berbekal ilmuku yang aku pelajari saat kuliah, bisnis ini berkembang pesat dan bahkan mencapai luar negeri.
"Bos, ada yang mau mencarimu." Seorang wanita muda memasuki kantorku. Dia ?
Bersambung...
2 komentar:
Ceritanya bagus. Ditunggu kelanjutannya
keren amat ceritanya gan.
Posting Komentar