Cerita sebelumnya...
Hari itu adalah hari yang cerah, hari dimana aku bahkan tidak ingin merasakan kehidupan lagi tapi apa daya ketika semua itu datang begitu saja. Dimulai dengan secangkir kopi di pagi hari, Rani menatap keluar jendela dengan serius. Ya, dia sangat serius. "Rani, ada apa denganmu ? Nikmatilah secangkir kopi ini, sayang." Aku berusaha menghiburnya tetapi dia tidak menghiraukanku sama sekali. Aku bingung. Jam sudah menunjukkan pukul 10, saatnya berangkat bekerja. Aku bergegas dan aku melihatnya sejenak, dia tersenyum kepadaku, senyuman yang sedih.
Aku tidak bisa berkonsentrasi untuk bekerja. "Pak, selamat siang." Lamunanku terhenti ketika wakilku masuk ke kantor. "Ada apa ?" "Ini, kami menerima sebuah paket. Terlalu lancang bila kami membukanya dulu sebelum bapak." Aku heran, tidak biasanya orang mengirimkan paket seaneh ini. Paket yang kuteima seperti biasa tidak sama dengan paket ini. Ada apa gerangan ? Aku buka perlahan, sebuah surat dan sebuah benda yang aneh. Kubaca surat itu,
Aku merasa sedang duduk. Seorang pria bertubuh besar datang kearahku dan kemudian meninjuku. "Halo, tuan. Ha ha ha, ini hari terakhirmu untuk berbicara. Kau tahu siapa kami ?" "Siapa kalian ? Mengapa kalian harus menyiksaku seperti ini ? Jawab aku kalian orang-orang terkutuk!" Lelaki itu kembali meninjuku, "Lancang sekali kau! Sebelm kami membunuhmu, akan ku perlihatkan orang ini."
Pintu terbuka, kulihat seorang perempuan berjalan kearahku, aku kenal dia, dia tak lain adalah Rani. "Halo, sayangku." Aku bahkan tidak bisa menggerakkan tubuhku, Rani adalah bagian dari mereka ? "Sayang, kenalkah kamu dengan Reina ?" Mataku terbelalak, "Ada apa denganmu, Rani ? Gilakah engkau!" "Saya bukan Rani! Saya Reina!" "Re.. i.. na ? Dia sudah mati, bukan ? Kau bohong, istri macam apa kau!" "Cukup sudah, ingatkah ketika engkau merayuku! Kau menenlantarkanku begitu saja! Baiklah, akan kuceritakan. Waktu itu saya tidak bunuh diri. Itu hanyalah sebuah alibi. Kau tahu bagaimana aku menipu kalian semua ? Kubunuh seorang wanita yang memiliki postur tubuh yang sama denganku dan kemudian kubakar mukanya dan berkata bahwa itu adalah bunuh diri. Ku bergabung dengan kelompok ini dan melarikan diri ke luar negeri. Kau tahu siapa yang membuat ayahmu mati ? Kelompok ini! Kelompok ini takkan membiarkan perusahaanmu hidup!"
Kemarahanku sudah mencapai puncak, dan kumaki dia "Kau perempuan terkutuk, seharusnya aku tidak memikirkanmu semenjak kamu bunuh diri. Lebih baik aku membunuhmu kemarin!" "Semua sudah terlambat, sayang." Dia mengambil sebuah pistol, matanya melihat kepadaku dengan penuh arti. "Aku mencintaimu, sayang!" Dia tidak mengarahkan pistol itu kepadaku tetapi ke orang di sebelahnya. Dia menembak kelompok itu. "Kau pengkhianat, Reina!" Ketua kelompok itu mengambil senapan dan menembaki Reina tepat di kepala. Reina tewas dengan tersenyum. "Angkat tangan!" Polisi sudah memasuki gedung, ketua kelompok itu pun ditangkap. Kini aku selamat tetapi Reina, dia sudah tewas. Tanpa sadar, aku mengeluarkan air mata untuk orang yang kubenci sekaligus kucintai. Kini dia telah pergi, buat apa memikirkannya lagi. Ku lihat sejenak di sebelahku yang ternyata berisikan bom waktu.
Tidak ada waktu untuk menghindari bom itu. Bom itu meledak tepat disebelahku. Mengakhiri hidupku yang menyedihkan ini.
Tamat
Read more ...
Hari itu adalah hari yang cerah, hari dimana aku bahkan tidak ingin merasakan kehidupan lagi tapi apa daya ketika semua itu datang begitu saja. Dimulai dengan secangkir kopi di pagi hari, Rani menatap keluar jendela dengan serius. Ya, dia sangat serius. "Rani, ada apa denganmu ? Nikmatilah secangkir kopi ini, sayang." Aku berusaha menghiburnya tetapi dia tidak menghiraukanku sama sekali. Aku bingung. Jam sudah menunjukkan pukul 10, saatnya berangkat bekerja. Aku bergegas dan aku melihatnya sejenak, dia tersenyum kepadaku, senyuman yang sedih.
Aku tidak bisa berkonsentrasi untuk bekerja. "Pak, selamat siang." Lamunanku terhenti ketika wakilku masuk ke kantor. "Ada apa ?" "Ini, kami menerima sebuah paket. Terlalu lancang bila kami membukanya dulu sebelum bapak." Aku heran, tidak biasanya orang mengirimkan paket seaneh ini. Paket yang kuteima seperti biasa tidak sama dengan paket ini. Ada apa gerangan ? Aku buka perlahan, sebuah surat dan sebuah benda yang aneh. Kubaca surat itu,
Hai, Bos besar. Setelah kamu membaca surat ini, kantormu sedang di bom oleh kelompok kami. Selamat menikmati pertunjukan yang kami sediakan.Aku terkejut, kulihat benda itu yang ternyata adalah bom. Kulempar jauh-jauh dan meledak. Aku tak sadarkan diri. Semua gelap, aku seperti sudah ke nirwana tetapi masih bisa merasakan kehidupan. Kudengar langkah kaki, tubuhku seperti melayang mungkin karena diangkat mereka. Kini aku sudah benar-benar terlelap. Terlelap dalam kegelapan ini.
Aku merasa sedang duduk. Seorang pria bertubuh besar datang kearahku dan kemudian meninjuku. "Halo, tuan. Ha ha ha, ini hari terakhirmu untuk berbicara. Kau tahu siapa kami ?" "Siapa kalian ? Mengapa kalian harus menyiksaku seperti ini ? Jawab aku kalian orang-orang terkutuk!" Lelaki itu kembali meninjuku, "Lancang sekali kau! Sebelm kami membunuhmu, akan ku perlihatkan orang ini."
Pintu terbuka, kulihat seorang perempuan berjalan kearahku, aku kenal dia, dia tak lain adalah Rani. "Halo, sayangku." Aku bahkan tidak bisa menggerakkan tubuhku, Rani adalah bagian dari mereka ? "Sayang, kenalkah kamu dengan Reina ?" Mataku terbelalak, "Ada apa denganmu, Rani ? Gilakah engkau!" "Saya bukan Rani! Saya Reina!" "Re.. i.. na ? Dia sudah mati, bukan ? Kau bohong, istri macam apa kau!" "Cukup sudah, ingatkah ketika engkau merayuku! Kau menenlantarkanku begitu saja! Baiklah, akan kuceritakan. Waktu itu saya tidak bunuh diri. Itu hanyalah sebuah alibi. Kau tahu bagaimana aku menipu kalian semua ? Kubunuh seorang wanita yang memiliki postur tubuh yang sama denganku dan kemudian kubakar mukanya dan berkata bahwa itu adalah bunuh diri. Ku bergabung dengan kelompok ini dan melarikan diri ke luar negeri. Kau tahu siapa yang membuat ayahmu mati ? Kelompok ini! Kelompok ini takkan membiarkan perusahaanmu hidup!"
Kemarahanku sudah mencapai puncak, dan kumaki dia "Kau perempuan terkutuk, seharusnya aku tidak memikirkanmu semenjak kamu bunuh diri. Lebih baik aku membunuhmu kemarin!" "Semua sudah terlambat, sayang." Dia mengambil sebuah pistol, matanya melihat kepadaku dengan penuh arti. "Aku mencintaimu, sayang!" Dia tidak mengarahkan pistol itu kepadaku tetapi ke orang di sebelahnya. Dia menembak kelompok itu. "Kau pengkhianat, Reina!" Ketua kelompok itu mengambil senapan dan menembaki Reina tepat di kepala. Reina tewas dengan tersenyum. "Angkat tangan!" Polisi sudah memasuki gedung, ketua kelompok itu pun ditangkap. Kini aku selamat tetapi Reina, dia sudah tewas. Tanpa sadar, aku mengeluarkan air mata untuk orang yang kubenci sekaligus kucintai. Kini dia telah pergi, buat apa memikirkannya lagi. Ku lihat sejenak di sebelahku yang ternyata berisikan bom waktu.
Tidak ada waktu untuk menghindari bom itu. Bom itu meledak tepat disebelahku. Mengakhiri hidupku yang menyedihkan ini.
Tamat