Senin, 01 Juni 2015

Cerita Misteri - Black Nova : Secret Origin

Untuk membaca cerita sebelumnya dari seri ini, silahkan klik disini.

Aku adalah tentara garis depan di Stalingrad. Pemerintah Reich Ketiga telah memutuskan untuk menginvasi habis-habisan Uni Soviet yang saat ini sedang dipimpin Stalin, Joseph Stalin. Saat ini, pasukan Soviet telah menyerang balik. Pasukan mereka banyak dan sangat bersemangat. Aku tak tahu apakah hari ini adalah hari terakhir aku bisa memegang senjata dan bertempur demi tanah air.

"Thomas!" Aku menoleh ke arah panggilan itu. Seorang tentara bertubuh tegap dengan lencana Salib Besi di lehernya memanggilku. Ia adalah Huss, kapten barisanku. Ia pernah menjatuhkan sepuluh buah pesawat tempur Inggris dan menghancurkan lima puluh tank Soviet.

"Heil Hitler, kapten." Ia terdiam dan kemudian mengarahkanku ke suatu tempat. Beberapa kopral dan tamtama Jerman terlihat disana. Jumlahnya sekitar 15 orang. Terdapat juga sebuah mesin aneh di tengah mereka.

"Ini adalah Krankheit, senjata yang akan kita gunakan untuk Soviet!" Ia menatap kelima belas orang itu, "Soviet akan jatuh dibawah senjata ini." Sebuah cairan menyala terletak di tengah mesin itu. Aku bertanya, "Apakah Führer mengetahui hal ini?" Kemudian dijawabnya, "Iya, ia tak mau semua tentaranya tahu ini sehingga ia memercayakannya padaku." Aku ragu, William Huss hanyalah kapten barisan, ia tak mungkin dibebani untuk menggunakan senjata rahasia, bukan?

Namun, wajahnya menampakkan ekspresi serius. Aku tak berani mempertanyakan soal itu. Ia menyuruh lima belas orang itu mendorong mesin aneh itu. Krankheit, sepertinya namanya, mesin itu sepertinya pembawa penyakit.

Senjata mesin Soviet ditembakkan kearah kami. Dua diantara kami tewas tetapi Kapten Huss tetap menyuruh kami mendorong mesin itu. Ia mulai menyalakan mesin itu dan membidik kearah dimana senjata mesin itu ditaruh. Mesin itu kira-kira besarnya seperti meriam abad ke-18 sehingga agak sulit digerakkan oleh tenaga manusia.

"Tembak!" Seorang kopral muda menekan sebuah tombol dan sebuah cahaya besar mengarah ke tempat dimana pasukan Soviet menembakkan senjata mesin mereka.

Tidak ada ledakan seperti tembakan meriam pada umumnya. Tetapi senjata mesin itu tidak lagi ditembakkan. Pasukan Soviet yang tadinya menembakkan senjata mesin itu langsung tewas.

Kapten Huss tertawa girang. Ia menyuruhku menekan tombol merah di mesin itu dan membidiknya ke arah ratusan pasukan Soviet yang sedang berlari ke arah kami. Cahaya besar itu kembali keluar dan ratusan pasukan Soviet itu tergeletak tak bernyawa. Kami mengambil posisi bertahan dan mulai menembakkan senjata itu ke arah pasukan Soviet yang mengarah kemari.

Akhirnya kemenangan besar di pertempuran itu datang kepada kami. Kami tertawa bahagia demikian juga tentara Jerman lainnya. Kami senang hanya untuk sesaat sebelum pasukan Soviet itu bangkit kembali dengan mata merah. Merah menyala seperti iblis yang sedang kelaparan.

Mereka bangkit dan menuju ke arah kami. Mereka lebih cepat daripada BMW R12 yang pernah kukendarai pada waktu masih berlatih di akademi. Kami menembak mereka dengan senapan mesin kami dan setiap dari mereka yang tertembak masih dapat bangkit kembali. Demikian seterusnya sampai aku memutuskan untuk mundur. Kapten Huss berinisiatif menembakkan senjata itu sekali lagi sebelum akhirnya meledak akibat kepanasan. Ledakan cahaya terjadi. Untung saja, aku berdiri jauh dari sana. Kapten Huss dan beberapa tentara kini sudah menjadi seperti tentara Soviet itu. Bermata merah dan mengerikan.

Aku membuang senapanku dan berlari dengan cepat. Tapi mereka lebih cepat! Aku pikir aku akan mati namun tidak. Pasukan bantuan datang dan malahan mereka yang dikejar oleh monster itu. Aku selamat dan bersembunyi di sebuah rumah yang hampir hancur.

Aku melihat dengan jelas beberapa tentara Jerman berubah menjadi monster oleh mereka. Mereka tak bisa ditaklukkan! Setiap anggota tubuh mereka yang tertembak pulih kembali dan menjadi seperti semula. Kecuali bila ditembakkan di kepala, mereka akan meledak menjadi ledakan cahaya yang justru membuat beberapa orang terkena radiasi cahaya itu dan menjadi monster bermata merah itu.

Setelah semua usai. monster itu memasuki hutan belantara dan menghilang. Di pertempuran itu, hanya aku yang selamat. Aku tak bisa lagi kembali ke Jerman. Aku berjalan menuju pusat kota Stalingrad yang kini telah hancur lebur. Aku mengganti seragam menjadi seragam tentara Soviet yang aku ambil dari seorang tentara Soviet yang telah tewas. Aku bertemu seorang gadis Rusia dan akhirnya jatuh cinta kepadanya. Aku menikah dengannya.

Puluhan tahun setelah perang, yakni tahun 1970, aku sendiri sudah berumur 57 tahun. Aku kini tinggal di Moscow sebagai seorang Rusia. Aku tak berani menceritakan masa lalu ku karena takut ditangkap sebagai mantan tentara Nazi. Sehingga cerita tentang monster itu kupendam diam-diam. Hanya kepada isteriku, aku ceritakan semuanya. Ia menerimaku apa adanya.

Pagi itu, cuaca terasa sejuk. Beberapa polisi datang ke arahku dan mulai menangkapku. Identitasku sebagai tentara Jerman dulunya sudah terungkap. Namun mereka ternyata menangkapku bukan karena alasan itu.

Pihak Soviet baru saja menerima laporan beberapa petani yang tinggal di pinggiran Volgograd, kota yang dahulu bernama Stalingrad. Mereka melihat orang-orang bermata merah menyerang ternak mereka. Seorang petani juga menjadi korban keganasan monster itu. Lokasi itu adalah hutan belantara dimana aku melihat monster itu masuk dan menghilang.

Seorang tegap menginterograsiku. Mau tak mau harus kujawab semua. Mulai dari masa lalu sampai pada waktu aku melihat monster itu. Mereka tercengang. Seorang yang mengaku bernama Ulyanov masuk dan menyalamiku. Ia berjenggot tebal. Ia membawaku ke sebuah ruangan dimana hanya kami berdua ada disana.

Ia mengaku sebagai salah satu mata-mata yang pernah berada diantara kelima belas orang di dekat senjata aneh itu. "Aku mengenalmu, kawan." Ia tersenyum lalu keluar ruangan itu. Ruangan itu dipenuhi gas aneh, aku tak bisa bernafas dengan lancar.

Ulyanov mulai berbicara di speaker. "Kawanku, aku minta maaf. Tetapi ini harus dilakukan demi negara. Senjata aneh yang engkau lihat itu adalah senjata biologis. Virus bernama Titan von Germania ditanam dalam mesin itu. Virus ini menyerang otak dan menjadikan mereka lapar akan daging biologis. Tetapi kami harus mempelajari itu. Maafkan aku, kawanku, Thomas Kross."

Aku pingsan tak lama kemudian. Ingatan terakhirku hanyalah saat ia memanggil nama Jerman milikku.

Aku terbangun di sebuah lapangan. Jutaan bintang berada di langit. Aku telah berada di rumah, tepatnya halaman rumahku. Aku memasuki rumah dan menemukan istriku sedang memasak. Namun suatu hal yang aneh terjadi kepadaku. Aku tidak lapar akan masakannya. Aku lapar akan dirinya.

Untuk membaca cerita kelanjutan dari cerita ini, silahkan klik disini.

Sumber gambar : espeng.deviantart.com

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Mantap gan... gua jadi penasaran cerita selanjutnya

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Jangan Lupa Kalo Memang Suka Like Aja !!!

×

Powered By CLUSM and Skyzone GC

Tentang CLUSM

Blog CLUSM menyediakan informasi terbaik untuk Anda. Ingin lebih dekat dengan CLUSM? Silahkan kirimkan pesan Anda di Facebook CLUSM.
Designed By Blogger Templates